Program Kesehatan dan Nutrisi

Stunting, atau terlalu pendek untuk usianya, adalah tinggi badan di atas dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Gizi yang tidak memadai adalah salah satu dari sekian banyak penyebab stunting. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat termasuk kesehatan dan gizi ibu yang buruk, praktik pemberian makan bayi dan anak yang tidak memadai, dan infeksi. Indonesia dihadapkan pada masalah kesehatan yang terus berlanjut, termasuk masalah status gizi (stunting, wasting, underweight, overweight). Meskipun angka stunting terlihat menurun dari tahun ke tahun - pada tahun 2018 (Riskesdas/Riset Kesehatan Dasar) sebesar 30,8%, pada tahun 2019 (SSGBI/Studi Status Gizi Balita U5 Indonesia) sebesar 27,7%, dan pada tahun 2021 (SSGI/Studi Status Gizi Indonesia) sebesar 24,4% - namun di wilayah pelayanan WVI, angkanya masih relatif tinggi (rata-rata di atas 30%). Oleh karena itu, intervensi terkait gizi masih sangat dibutuhkan.

Apa yang Telah Kami Lakukan dalam Pencegahan Stunting?

Untuk fokus pada penurunan jumlah stunting di Indonesia, WV Indonesia telah mengimplementasikan intervensi khusus atau proyek pendekatan yang berfokus pada nutrisi di sektor-sektor berikut:

Pemberian Makan Bayi dan Anak/ PMBA dan PMBA dalam Keadaan Darurat/ PMBA-E

PMBA dan PMBA-E menekankan pentingnya anak mendapatkan asupan yang sesuai dengan usianya dengan mempertimbangkan porsi, tekstur, komposisi makanan bintang 4, dan hal-hal lain, termasuk kebersihan dalam proses penyiapannya. Hal ini diupayakan baik dalam situasi sehari-hari maupun situasi bencana.

Positive Deviance/Hearth atau PD/Hearth

PD/Hearth adalah model berbasis komunitas yang telah terbukti secara ilmiah secara internasional mampu merehabilitasi anak-anak yang kekurangan gizi di rumah mereka sendiri. Program ini menargetkan anak-anak yang mengalami kekurangan gizi ringan, kekurangan gizi sedang, dan kekurangan gizi berat yang berusia antara 6 hingga 36 bulan.

Gizi dalam Keadaan Darurat (NiE)

Status gizi anak merupakan hal yang paling terdampak ketika bencana terjadi; pendekatan sehat saat bencana membantu proses pemulihan status gizi, memberikan data status gizi yang lebih baik, dan membangun kepercayaan diri para ibu/pengasuh untuk terus memberikan asupan gizi terbaik bagi anak.

Kebun dapur dengan dukungan atau integrasi dengan program pertanian peka gizi dan atau program ketahanan pangan

Kebun dapur dan pendekatan terkait lainnya berupaya menyediakan makanan berkualitas, termasuk pengolahannya, untuk meningkatkan/mempertahankan status gizi anak.

Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan

Pemantauan dan Promosi Pertumbuhan (GMP) terdiri dari pengukuran (pencatatan berat badan dan tinggi badan anak secara teratur), penilaian (memplotkan berat badan dengan usia atau berat badan dengan ukuran pada grafik pertumbuhan), dan analisis (menginterpretasikan pola pertumbuhan anak).

Pencapaian

  • 29.531 anak yang dipantau pertumbuhannya di Posyandu (2019-2022)
  • 32.477 anak balita yang dijangkau melalui program kesehatan dan gizi (2018-2022)
  • 32.057 orang mendapatkan akses ke fasilitas sanitasi di rumah tangga (2019-2022)
  • 25.948 orang mendapatkan akses air minum yang aman (2019-2022)
  • 14.470 keluarga memiliki akses ke sumber air bersih (2019-2022)
  •  1.474 keluarga memiliki kebun gizi dan ternak kecil (2021-2022)

 

Apa Selanjutnya dalam Pencegahan Stunting?

Untuk mengurangi stunting, Wahana Visi Indonesia terus mendukung Kementerian Kesehatan RI dengan mendukung pelaksanaan salah satu hasil RPJMN bidang kesehatan, yaitu "percepatan perbaikan gizi masyarakat" melalui integrasi sektor-sektor yang spesifik dan sensitif untuk mengurangi jumlah kasus malnutrisi di wilayah pelayanan WVI, dengan melakukan beberapa hal berikut:

  • Meningkatkan identifikasi, pengukuran, dan pemahaman tentang malnutrisi dan memperluas cakupan gizi yang berfokus pada pencegahan stunting.
  • Menerapkan kebijakan dan/atau memperkuat intervensi untuk meningkatkan gizi dan kesehatan ibu.
  • Menerapkan intervensi untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, praktik pemberian makanan pendamping ASI, dan membawa anak dengan berat badan kurang ke Posyandu.
  • Memperkuat intervensi kesehatan dan gizi berbasis masyarakat, termasuk perbaikan air, sanitasi, dan kebersihan sebagai intervensi yang sensitif terhadap penurunan stunting, untuk melindungi anak-anak dari penyakit diare, cacingan, dan infeksi subklinis yang disebabkan oleh lingkungan.

 

 

Informasi lebih lanjut:

Yohana Benu (Head of Grant & Contract Acquisition Management)

Email: [email protected]